DESA BALAI PUNGUT – Tak terbayangkan ada desa terpencil yang berada di tepian sungai atau batang Mandau yang merupakan cikal bakal dimulainya pembangunan pengeboran minyak mentah dengan awal masuk peralatan logistik dilaksanakan oleh perusahaan minyak Caltex sampai saat ini desa tersebut berupaya dikenal bukan hanya sekedar lintas masuknya alat berat dan pipa pipa di pengeboran. Warga Tempatan berkeinginan tepian batang Mandau menjadi alternatif wisata air dan kedepannya juga mengembangkan wisata religi.
Kedatangan 20 jurnalis ke desa Balai Pungut tersebut disponsori oleh PT PHR baik dari media online, cetak dan televisi dan radio dengan mengangkat tema wisata Tepian Batang Mandau desa balai pungut kecamatan pinggir kabupaten Bengkalis.
Setelah berada dititik kumpul di Camp PT. PHR di Duri sekitar pukul 08.00 WIB, Rabu (08/10/25) rombongan jurnalis berangkat menuju desa wisata tersebut.Didalam perjalanan tersebut kami melihat jalan hampir mayoritas dilewati kendaraan berat dan truk truk berbagai muatan dan disekelilingnya terlihat perkebunan kelapa sawit yang berjejer di sepanjang jalan tersebut.
Setelah menyusuri jalan ke kecamatan pinggir terlihat lah ada beberapa kawasan atau area PLTG (Pembangkit listrik tenaga gas) milik PLN di desa Balai Pungut kapasitas 500 MW. Kemudian sampailah di jalan desa kiri kanan berjejer rumah rumah warga dan terlihat pohon mangga sedang berbuah dan kondisi ini hampir semua rumah penduduk ada pohon mangga.
Sampai di kantor desa Balai Pungut kami disambut staf desa dan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Tepian Batang Mandau dan sambil menunggu kawan kawan jurnalis yang datang dari Pekanbaru.
Pertemuan di ruang aula kantor desa Balai Pungut disambut Pj Kepala Desa Balai Pungut, Aisah S.Pd, Ketua BUMDes Tuah Melayu, Majrun, Ketua Pokdarwis Tepian Batang Mandau, Erwin. Sr Officer CID PHR, R Muhammad Wildan dan PIC Desa Wisata UMRI – PHR, Delovita Ginting.
Penjabat Kepala Desa Balai Pungut Aisah menyampaikan terima kasih atas kontribusi PHR. Ia berharap dukungan tersebut menjadi pemicu semangat masyarakat dalam mengelola potensi wisata desa.
“Mudah-mudahan bisa menarik lebih banyak pengunjung dan memberikan manfaat ekonomi bagi warga,” ujarnya
Sementara itu Sr Officer CID PHR, R Muhammad Wildan mengatakan, program ini diharapkan memberi dampak jangka panjang bagi kesejahteraan masyarakat.
“Kami ingin inisiatif ini tidak hanya sekadar mendukung pariwisata, tapi juga mendorong tumbuhnya usaha-usaha lokal,” jelasnya.
Dukungan itu diwujudkan dengan penyerahan tiga unit sampan, delapan set alat pancing, 10 dayung, serta 10 pelampung untuk menunjang kegiatan wisata sungai. Kawasan wisata Tepian Batang Mandau. Langkah ini menjadi bagian dari program Desa Wisata dan Desa Kreatif yang diluncurkan PHR tahun 2025, yang sebelumnya diawali dengan pelatihan manajemen wisata bagi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat.
70 tahun Desa Balai Pungut sudah berdiri pemerintah desa dengan jumlah 2230 warga yang terdata di monograpi desa balai pungut pekerjaan warga petani sawit, nelayan yang suku utama Melayu pesisir dengan kawin campur suku Jawa, Minang dan tapanuli selatan.
Sejarah Migas Riau
Zaman dulu, tepian Sungai Mandau merupakan lokasi pendaratan pertama kapal besar pembawa mesin pengeboran minyak pertama di duri.
Maskapai itu milik perusahaan Nederlandsche Petroleum Pacific Maatschappij (NPPM), sebuah perusahaan eksplorasi minyak bumi yang bertolak dari Amerika Serikat (AS) pada 1935.
Konon, nama balai pungut –tempat pemungutan– itu diadopsi dari peristiwa sejarah tersebut dan hasil-hasil alam yang kerap dipungut (dijemput) dari sini.
Dulu waktu pendaratan pertama, banyak kapal raksasa, ada namanya Pasifik 12, Pasifik 13 dan sebagainya yang menurunkan mesin pengebor minyak,” ujar Mairun, Ketua BUMDes Tuah Melayu.
Mairun mengatakan, kawasan yang dinamai Tepian Batang Mandau tersebut merupakan tempat paling bersejarah bagi perminyakan Riau. Dari sinilah tonggak sejarah eksplorasi minyak dan gas (migas) Riau, khususnya yang berada di Duri Field dimulai.
“Itulah maka dibangun Monumen NPPM, di situ tertulis tahun 1935. Tahun itulah dimulainya pendaratan kapal pertama yang bawa mesin-mesin pengeboran,” kata Mairun.
Kemudian Tugu NPPM tersebut kini telah dipugar kembali oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) dan Bangunan jadi ikon sejarah itu dinamakan Monumen Nasi Kunyit Pagar Telor.
Tepian Batang Mandau
Desa Balai Pungut termasuk dalam wilayah operasi ring 1 PHR yang memiliki nilai strategis, baik dari sisi sosial maupun ekonomi.
“Di sepanjang jalan menuju Desa Balai Pungut terdapat jaringan pipa dan fasilitas operasi seperti Gandring Station. Kawasan ini masuk dalam daerah operasi PHR, dan secara sosial di sini juga hidup masyarakat Melayu dan Sakai,” jelas Wildan.
Wildan menuturkan, program pengembangan desa wisata ini merupakan bagian dari komitmen PHR untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pendekatan sosial dan ekonomi.
“Harapan kami, intervensi program ini bisa mengangkat taraf hidup masyarakat. Tahun pertama kami fokus pada penguatan kelompok dan pelatihan, seperti manajerial ekonomi, astronomi, serta storytelling agar masyarakat mampu menceritakan sejarah Desa Balai Pungut kepada pengunjung,” ungkapnya.
PHR juga menggandeng mitra berpengalaman dari desa wisata di Yogyakarta untuk memperkuat arah program ke depan. Selain pelatihan, PHR akan mendukung pelaksanaan berbagai event wisata, seperti lomba memancing dan pacu sampan, guna menarik minat wisatawan dari berbagai daerah.
“Ke depan kami juga akan fokus pada penyuluhan lingkungan dan penerapan ekonomi sirkular, termasuk pengelolaan sampah agar kesadaran masyarakat dan pengunjung semakin meningkat,” pungkas Wildan.
Dengan sinergi antara pemerintah desa, PHR, dan masyarakat, Wisata Tepian Batang Mandau diharapkan menjadi contoh pengembangan wisata berkelanjutan yang mampu meningkatkan kesejahteraan warga Desa Balai Pungut.








