Bengkalis, classnews.id – Setiap kali masuk bulan rabi’ul awal, ado sajo sebagian kecil orang yang suko mengungkit-ngungkit kesah lamo seputar maulid Nabi. Kali ini dengan cara membagikan postingan di media sosial baik dalam bentuk video ceramah, tulisan, meme, flayer dan sebagainya yang berisi pesan bahwa peringatan maulid nabi adalah bid’ah karena tidak pernah dibuat pada masa Nabi dan para sahabat.
Sayo heran betol menengok kelaku orang-orang macam gini. Macam tak ado kejo lain. Peringatan maulid nabi yang tidak hanya dibuat oleh masyarakat pada umumnya tapi juga oleh pemerintah mulai tingkat desa sampai pusat bahkan disiarkan secara langsung melalui station televisi sanggup dikatakan seperti itu.
Kalau sekiranya tak bersetuju dan tak mau buat tak jadi masalah, tapi tak usahlah membuat pernyataan-pernyataan secara terbuka semacam gitu yang dalam batas-batas tertentu bisa melukai perasaan sebagian umat Islam yang menyelenggarakannya. Disinilah kita perlu belajar dewasa dalam beragama sehingga kita bisa saling mengerti dan saling menghargai.
Sesuatu yang tidak pernah dibuat pada masa Nabi dan para sahabat bukan berarti tidak boleh dilakukan. Kaedah Ushul menyatakan:
ﺗَﺮْﻙُ ﺍﻟﺸَّﻰْﺀِ ﻻَ ﻳَﺪُﻝُّ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻨْﻌِﻪِ/ترك الشيئ لا يعني التحريم
“Meninggalkan sesuatu tidak menunjukkan bahwa sesuatu tersebut terlarang”.
Kapan sesuatu itu terlarang dilakukan manakala di dalam perbuatan itu terdapat perkara-perkara yang menyelisihi syara’ atau ada dalil yang melarangnya.
Hari ini banyak perkara-perkara baru yang dilakukan umat Islam tapi tidak pernah dibuat pada masa Nabi dan para sahabat, seperti Musabaqah Tilawatil Qur’an dengan segala rangkaian acaranya. Lantas apakah MTQ itu tidak boleh dilakukan? Tentu saja tidak demikian.
Peringatan Maulid Nabi pada hakikatnya merupakan sarana dakwah yang dengannya umat Islam bisa berkumpul lalu mendengarkan pesan-pesan agama yang disampaikan oleh para ustadz. Melalui penyampaian pesan-pesan agama tersebut setidaknya sedikit banyak terketuk pintu hati mereka untuk berbuat baik.
Orang itu terkadang untuk berbuat baik membutuhkan bantuan orang lain. Meskipun dia tahu mana perbuatan baik dan mana perbuatan buruk. Tapi karena dirinya dikuasai oleh ego dan hawa nafsu, ia tak berdaya untuk berbuat baik. Wallah A’lam***
Penulis : (H.Amrizal/Ketua MUI Kabupaten Bengkalis) II