Classnews – Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad mengingatkan pemerintah menyiapkan langkah antisipasi terkait dampak gagal bayar utang Amerika Serikat (AS).
“Kalau AS tidak membayar utangnya, pasti resesinya akan makin buruk dan otomatis kita terdampak. Ini harus diperhatikan,” kata Tauhid seperti ditulis Antara Selasa (9/5).
Dia menyoroti sektor ekspor-impor yang menunjukkan bagaimana pengaruh AS terhadap perekonomian Indonesia.
Tauhid menampilkan data ekspor-impor non migas Kementerian Perdagangan yang memperlihatkan bahwa ekspor ke AS menunjukkan penurunan sementara impor mengalami peningkatan.
Ekspor non-migas ke AS, sebagai salah satu mitra dagang utama, pada Januari hingga Februari 2022 tercatat sebesar USD 4,9 miliar. Kemudian, nilainya turun 22,14 persen menjadi USD 3,5 miliar pada periode yang sama tahun 2023. Sementara itu, kontribusi ekspor AS terhadap kinerja ekspor Indonesia sebesar 9,41 persen.
Di sisi lain, impor dari AS ke Indonesia mengalami kenaikan sebesar 20,13 persen, yakni yang sebelumnya sebesar USD 1,12 miliar pada Januari hingga Februari 2022 lalu naik menjadi USD 1,35 miliar pada periode yang sama setahun setelahnya.
Tauhid menambahkan dampak ekspor-impor AS juga terlihat pada kinerja sejumlah industri strategis, seperti elektrik, alas kaki, karet dan produk karet, furnitur, ikan, serta kayu dan produk kayu. Sedangkan kinerja industri-industri tersebut memiliki andil dalam memengaruhi perekonomian nasional.
Artinya, katanya, resesi di AS memungkinkan untuk memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara general.
“Jadi, kita harus hati-hati. Bukan hanya soal utang, tapi ekonomi secara umum yang sudah menunjukkan peran signifikan AS ke kita,” ujar Tauhid.
Dalam konteks itu, Indef merekomendasikan pemerintah untuk mengurangi dependensi Indonesia terhadap perekonomian AS, misalnya dengan diversifikasi kerja sama perdagangan dan investasi. Indef juga menyarankan agar Bank Indonesia (BI) dapat mempersiapkan langkah antisipasi sehingga bisa merespons secara cepat ketika AS gagal membayar utang.***
Sumber : merdeka.com