BENGKALIS,Classnews.id – Angka kematian bayi di kabupaten Bengkalis masih cukup tinggi. terdapat banyak faktor yang berkontribusi terhadap tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi, diantaranya faktor langsung dan faktor tidak langsung. dengan itu Dinas Kesehatan kabupaten Bengkalis melakukan pelatihan terhadap bidan desa yang tersebar di 19 Puskesmas se kabupaten Bengkalis.
Kegiatan dengan tema Menajemen Asfeksia Bayi Baru Lahir dilaksanakan selama 3 hari mulai dari tanggal 22 Mei sampai dengan 24 Mei 2023, di Aula Hotel Surya Bengkalis.
Kepala dinas kesehatan kabupaten Bengkalis dr Ersan Saputra melalui Kabid kesehatan masyarakat, Yesicca Vebrina, SKM.,MKM membuka langsung kegiatan ini yang diikuti 38 bidan desa se Kabupaten Bengkalis pada pukul 13.00 wib.
Ketua Pelaksana, Azlina mengatakan kasus kematian bayi yang baru lahir pada tahun 2022 lalu di kabupaten Bengkalis mencapai 60 bayi meninggal dunia, dan penyebabnya salah-satunya Asfeksia Bayi Baru Lahir.
“Kematian bayi yang tinggi salah satu penyebab asfeksia ditahun 2023 dari Januari sampai akhir Mai ini sudah ada 16 bayi yang meninggal se kabupaten Bengkalis, dengan itu kita berupaya meningkatkan kapasitas bidan bidan kita agar bisa mengurangi kasus kematian bayi,” kata Azlina, Senin.(22/05).
Dinas kesehatan kabupaten Bengkalis mewajibkan tiap-tiap puskesmas mengirimkan 2 bidan untuk mengikuti manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir dengan mendatangkan narasumber dari provinsi Riau.
“38 bidan desa tersebut mengikuti pelatihan ini selama 3 hari dengan narasumber ibu Rita dan Meta, kegiatan ini bertujuan agar kapasitas bidan desa kita tentang Asfeksia Bayi Baru dapat mengurangi atau menurunkan tingkat kematian bayi dari tahun lalu,” harap Azlina.
Asfiksia pada bayi baru lahir dikenal dengan istilah asfiksia neonatorum. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesi (IDAI), asfiksia neonatorum merupakan kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir. Gejala utama yang biasa muncul ialah kondisi kuku dan bibir yang membiru. Selain itu, kondisi ini juga menyebabkan bayi memiliki detak jantung yang lambat, refleks otot yang lemah, bahkan mengalami kejang.
Bayi yang mengalami asfiksia neonatorum saat dilahirkan juga tidak akan menangis seperti pada umumnya. Jika semakin lama dibiarkan, maka akan mengakibatkan kerusakan organ pada tubuh bayi.***