Lapas Bengkalis Prioritaskan Pelayanan Kesehatan Bagi Warga Binaan

BENGKALIS,Classnews.id – Over kapasitas di lembaga pemasyarakatan kelas IIA Bengkalis dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular. Hal ini disebabkan oleh kepadatan tinggi yang membuat kondisi fisik narapidana buruk dan sanitasi yang kurang memadai.

Paska penandatanganan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM), Lapas kelas IIA Bengkalis terus melakukan pembenahan dalam sektor kesehatan tersebut, karena warga binaan mendapatkan pengobatan gratis yang ditanggung BPJS kesehatan.

Menurut Kalapas Bengkalis Kriston Napitupulu kepada sejumlah wartawan bahwa, pihaknya dalam peningkatan pelayanan kesehatan terhadap para warga binaan tidak dapat sendirian, akan tetapi harus tetap berkolaborasi bersama Pemerintah Kabupaten Bengkalis.

“Apalagi dengan kondisi penghuni Lapas Bengkalis yang telah over kapasitas mencapai 500 persen dengan kapasitas setiap kamar yang seharusnya rata-rata diisi 10 orang, namun dipaksa harus diisi 30-40 orang. Dengan kondisi jelas sangat rentan dengan terjangkit penyakit hingga sangat mudah menular, “terangnya, Senin (27/01/25).

Pada saat ini tenaga medis di Lapas Bengkalis hanya 1 orang (perawat) untuk melayani 1.790 orang warga binaan. Hal ini memang kita akui kewalahan dalam pelayanan kesehatan. Sehingga berkolaborasi dengan Pemkab Bengkalis untuk menghadirkan dokter dan perawat sangat dibutuhkan.

“Setidaknya ada sejumlah dokter dan perawat yang memang ditugaskan oleh Pemkab Bengkalis untuk melayani kepada para warga binaan, yang memang membutuhkan khusus tentang kesehatan. Minimal seperti pelayanan puskesmas, “jelasnya.

Sebab itu, dalam waktu dekat ini, lanjut Kalapas Kriston, pihaknya akan berupaya menghadap Bupati Kasmarni, agar dapat mengutus sejumlah dokter dan perawat untuk melayani kesehatan para warga binaan secara permanen.

“Selain itu, disamping membutuhkan dokter dan perawat secara permanen, kita juga perlu dukungan dari Pemkab Bengkalis berupa pengadaan sanitasi berupa air bersih yang bisa dialiri ke setiap kamar tahanan, serta pembenahan dapur yang kini belum begitu layak. Sehingga jika semua itu terwujud, maka kesehatan bagi para warga binaan akan lebih baik lagi, “jelas Kriston lagi.

Meski begitu, sejak tanggal 3 Januari kemarin, pihak Lapas sudah dibantu seorang dokter dari RSUD Bengkalis untuk penanganan kesehatan bagi warga binaan. Dan pihak Lapas berharap Bupati Kasmarni dapat mengabulkan sejumlah permohonan tersebut agar kesehatan para warga binaan betul-betul dapat terjaga dengan baik.

Dijelaskan, dalam kurun waktu bulan Oktober-Desember 2024, ada peningkatan warga binaan terserang demam tinggi dengan gejala diare beserta BAB berdarah. Dari 12 warga binaan yang meninggal akibat dari berbagai bentuk penyakit di RSUD Bengkalis diantara 4 orang terkena Demam Berdarah Dengue (DBD), 2 orang gagal ginjal, tipoid 3 orang, diabetes 1 orang, dan 1 orang penyakit kaki gajah atau filariasis.

Kecamatan Bengkalis DBD Tertinggi

Untuk kasus wabah DBD sendiri, sesuai data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bengkalis di tahun 2024, jumlah terjangkit DPD mencapai 693 kasus. Angka ini terjadi peningkatan secara drastis dibanding tahun 2023 lalu yang hanya 148 kasus.

Dengan rincian bulan Januari 31 kasus,  Februari 49 kasus, Maret 27 kasus, April 13 kasus, Mei 21 kasus, Juni 57 kasus, Juli 29 kasus, Agustus 57 kasus, September 108 kasus, Oktober 141 kasus, November 71 kasus, dan Desember 54 kasus.

Di Kecamatan Bengkalis sendiri merupakan angka tertinggi yang mencapai 639 kasus, disusul kecamatan Mandau 94 kasus, dan kemudian Kecamatan Bantan 60 kasus. Berdasarkan kelompok anak-anak usia 5-14 tahun menjadi yang paling terdampak dengan 277 kasus, diikuti usia di atas 15 tahun 194 kasus, usia 1-4 tahun 95 kasus, dan bayi di bawah 1 tahun 27 kasus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *