BENGKALIS, Classnews.id – Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Tirta Terubuk Bengkalis setelah memasuki usia ke-31 telah berupaya memenuhi kebutuhan pokok masyarakat khususnya air bersih sampai ke rumah rumah warga dan Sebagai perusahaan daerah di tahun 2025 tidak menerima subsidi dari pemerintah daerah kabupaten Bengkalis dan target harus tetap eksis memberikan air minum yang layak.
Abel Igbal, Direktur Perumda Tirta Terubuk Bengkalis mengatakan,” Walaupun kita tidak mendapatkan subsidi ada beberapa tempat kita sudah melakukan inovasi dan kerja sama dengan pihak ketiga dan kita sudah bisa beroperasi lebih mandiri,” kata Abel Iqbal, Senin (20/01/25).
Selama ini Perumda Air Minum Tirta Terubuk Bengkalis dianggap selalu menyusui atau mendapatkan subsidi dari pemerintah atau pemilik untuk menjalankan roda kegiatan pelayanan dari mengelola air baku, produksi dan distribusi air ke setiap pelanggan.
“Untuk itu kita sudah mengajukan kenaikan tarif harga jual air sudah 16 tahun tidak pernah disesuaikan dan Bupati Bengkalis sudah menandatangani kenaikan tarif harga jual air tersebut,” ujar Direktur Perumda Tirta Terubuk
Kenaikan tarif yang diajukan dari rata rata Rp. 5.000/m3 menjadi Rp. 7.000/M3 dan selama ini harga jual air ke masyarakat disubsidi pemerintah daerah kabupaten Bengkalis Dan harga jual air ke pelanggan masih dibawah harga pokok produksi, belum mencapai full cost recovery (FCR) dalam kondisi jual rugi.
Full Cost Recovery atau Pemulihan Biaya Penuh merujuk pada tarif air minum yang ditetapkan oleh Perumda Air Minum Tirta Terubuk Bengkalis untuk menutupi seluruh biaya operasional mereka.
Abel juga berharap dengan dilaksanakan kenaikan tarif harga jual air di bulan Maret 2025 maka jalannya operasional Perumda Tirta Terubuk dapat lebih meningkatkan pelayanan kepada pelanggan.
Untuk saat ini Perumda Tirta Terubuk Bengkalis di wilayah kecamatan Bengkalis dan Bantan Instalasi pengolahan air bersih menggunakan teknologi ramah lingkungan tidak menggunakan obat obatan penjernih air.
“Kita sudah menggunakan SPAM Nano Filter dan air yang diproses dari waduk atau air baku menjadi jernih dan proses pengolahan air dengan nano filter tidak memanfaatkan obat obatan tidak sama dengan pengolahan air secara konvensional,” ujarnya
Dan permasalahan yang ada terutama jaringan pipanisasi yang sudah lama dan diameter masih kecil di pipa distribusi utama dan juga jaringan pipanisasi ke setiap SR tekanan air tidak sama.
“Nano filter kita sudah berkapasitas 100 liter per detik dan dengan dinaikkan tekanan air bisa membuat pipa distribusi jebol dan target kita akan membuat booster di desa Pangkalan Batang sebagai penyuplai air di wilayah desa Pangkalan Batang sampai ke desa Meskom,” jelas Abel.
Kemudian Abel juga akan berupaya sumber sumber air baku baru akan segera dibuat dengan memanfaatkan air kanal PT Meskom Argo Sarimas yang terbuang dan dibangun penampungan air baku atau embung dan di kelola dengan teknologi Nano Filter.
Permasalah yang dihadapi Perumda Tirta Terubuk Bengkalis di wilayah kecamatan Mandau dan Pinggir adalah belum jalannya program SPAM Durolis sudah terpasang 8.000 SR.
“Kita berharap pihak pemerintah pusat atau PUPR provinsi Riau pengelola UPT Durolis agar dapat menyelesaikan distribusi air tersebut karena sambungan ke rumah rumah sudah kita pasang dan apabila Durolis berjalan sesuai rencana maka ketersediaan air bersih di wilayah kecamatan Mandau tersebut bisa diatasi,” terang Abel Iqbal.
Dan untuk wilayah kecamatan Bukit batu Perumda Tirta Terubuk Bengkalis juga akan melakukan MoU dengan PT BLJ terutama dalam membangun instalasi pengolahan air bersih dengan menggunakan Nano Filter.
“Sumber air baku kita di Bukit batu air sungai melimpah dengan itu untuk meningkatkan distribusi air dan penambahan SR kita akan melakukan B to B dengan dikelola BUMD maka kita bisa beli air,” kata Direktur Perumda Air Tirta Terubuk Bengkalis.
Untuk wilayah Rupat Utara juga menjadi target Perumda Tirta Terubuk agar mempunyai instalasi pengolahan air bersih merupakan pengembangan pariwisata yang termasuk dalam program strategis nasional.
“Dari hasil penelitian sumber air baku di Rupat Utara khususnya sungai sungai sudah tercampur air laut atau payau dan dalam pengolahan air membutuhkan biaya yang tinggi dan upaya yang dioptimalkan adalah dengan membangun sumur sumur sebagai sumber air baku,” tutup Abel Iqbal.